Syiah menyerang Jawa Timur Basis NU di Indonesia
Syiah makin berani memunculkan wujud aslinya, makin berani mencerca para sahabat dan istri Nabi ..
Ini yang menyulut konflik dengan Warga Muslim Jawa Timur yang mayoritasnya adalah NU
Syiah di Wilayah Tapal Kuda Jawa Timur
Ajaran Syiah berkembang pesat di daerah tapal kuda Jawa Timur yang mayoritas dihuni warga NU, di antaranya Jember, Bondowoso, Pasuruan, dan Madura. Persoalan muncul ketika ada perubahan model dakwah.
Ketua Majelis Ulama Indonesia Jember, Abdul Halim Subahar, mengatakan, perkembangan Syiah cukup pesat. “Di Bondowoso ada sekitar 16 ribu penganut Syiah. Di Jember tidak terdeteksi. Tapi yang jelas banyak, karena pusat penyebaran Syiah di Jember banyak,” katanya, Senin (27/8/2012).
Syiah berkembang karena beberapa faktor. Jaringan kelompok ini cukup kuat, karena berskala trans-nasional. Selain itu dari sisi pendanaan cukup kokoh. Kaum Syiah mampu menarik minat warga melalui pendekatan sosial. Menurut Halim, lembaga pendidikan jamaah Syiah berkembang baik. Sebagian umat muslim yang masuk ke Syiah secara ekonomi dan tingkat pendidikan masuk kategori kurang mampu.
Salah satu yang membuat tiadanya gesekan tajam antara penganut Syiah dengan warga Sunni adalah besarnya sikap toleransi warga NU. “Dulu, dakwah Syiah juga datar-datar saja,” kata Halim. Artinya, dalam dakwah tersebut tidak muncul pernyataan-pernyataan yang menyinggung keyakinan umat Islam Sunni.
Namun belakangan, lanjut Halim, ada perubahan model dakwah kelompok Syiah. Mereka mulai berani menyampaikan perbedaan dengan kelompok Sunni secara terbuka dan vulgar. “Mungkin karena populasi mereka semakin besar,” katanya.
Di sinilah gesekan terjadi. Apalagi, seperti di Jember, umat Muslim Sunni mendengarkan ada ceramah salah satu habib yang diduga Syiah yang mendiskreditkan sahabat Nabi Muhammad di luar Ali Bin Abi Thalib. Ini memunculkan kemarahan muslim Sunni.
Polisi Khawatir Konflik Sunni vs Syiah di Jember Jatim
Aparat Kepolisian Resor Jember tak akan mengambil tindakan represif, untuk mencegah konflik terbuka Sunni-Syiah di sana. Namun polisi meminta agar persoalan diselesaikan secara dialog.
Hal ini dikemukakan Kepala Polres Jember Ajun Komisaris Besar Jayadi, usai rapat dengar pendapat dengan Komisi D DPRD Jember, Majelis Ulama Indonesia, dan beberapa pemangku kepentingan, Senin (27/8/2012). Pertemuan untuk membahas upaya mengantisipasi meluasnya konflik Sunni-Syiah di Jember, sebagaimana di Madura.
Benih-benih konflik Sunni-Syiah di Jember mulai muncul. Sejak memasuki Ramadan kemarin, mendadak bermunculan spanduk di sejumlah titik di Kecamatan Puger. Isinya menyebut ajaran salah satu Habib yang diduga Syiah sebagai ajaran sesat dan menyesatkan.
Sebelumnya, warga diresahkan oleh ceramah salah satu habib di Desa Puger Kulon yang diduga Syiah. Ceramah itu mendiskreditkan sahabat Nabi Muhammad, di luar Ali bin Abi Thalib. MUI Jember sudah mengeluarkan keputusan bahwa ajaran sang habib itu sesat dan menyesatkan.
Jayadi mengatakan, polisi tidak bisa berbuat banyak dalam persoalan ini karena berkaitan dengan akidah dan keyakinan. “Kita melakukan pendekatan kepada dua kelompok dengan melibatkan tokoh masyarakat dan tokoh agama, karena berkaitan dengan keyakinan. Karena berkaitan keyakinan, siapapun tidak bisa melakukan pressure, intervensi, tidak bisa memaksa. Akar masalah ini yang harus kita selesaikan untuk menghindari konflik terbuka,” katanya.(fq/beritajatim)
Salam kak.
Saya adalah orang yang tinggal di puger, dan dekat sekali dg habib yang syiah itu.
Saya ingin bertanya apakah ada dialog terbuka dari habib tersebut?
Karena yang saya dengar, ada dialog terbuka katanya di STAIN Jember.